Pages

APAKAH GEREJA KATOLIK MENYEMBAH PATUNG ?

1. APAKAH GEREJA KATOLIK
MENYEMBAH PATUNG ?

Mesagne adalah sebuah kota kecil bercorak abad pertengahan yang terletak di Italia selatan.
Setiap tahun penduduknya yang mayoritas katolik itu merayakan pesta untuk Bunda Maria yang adalah pelindung kota tersebut. Sebagai lambang dari perlindungan Maria, umat mengarak patung Maria dari sebuah gereja menuju ke pintu gerbang kota. Didekat pintu gerbang itu patung Maria diletakan disuatu tempat, lalu walikota Mesagne mengucapkan kata sambutannya. Sesudah itu kunci pintu gerbang kota digantungkan pada jari telunjuk patung Maria. Ini hanyalah lambang penyerahan kota itu kedalam perlindungan Maria.
Pada suatu hari, ada sepucuk surat datang ke romo paroki dari seseorang yang tidak menyebut namanya. Isi surat kaleng itu adalah kecaman bahwa Gereja Katolik menyembah patung. Oknum tersebut menyatakan bahwa penghormatan patung bertentangan dengan perintah pertama dari Sepuluh Perintah Allah seperti tertulis dalam Kel 20:4-5 yang berbunyi :
" Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada dilangit diatas, atau yang ada dibumi dibawah, atau yang ada diair dibawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya, Sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu…"
Dikutip juga dalam surat tersebut Ul 4: 15 yang - mirip sekali dengan Kel 20: 4-5 - melarang pembuatan dan penyembahan patung untuk Tuhan Allah Israel. Jadi sedikit berbeda dengan Kel 20: 4-5 diatas, yang dilarang dalam Ul 4: 15 hanyalah pembuatan dan penyembahan patung Tuhan Allah, dan bukan pembuatan segala jenis patung begitu saja. Alasannya pun disebut : " Hati-hatilah sekali, sebab kamu tidak melihat sesuatu rupa pada hari Tuhan berfirman kepadamu di Horeb. "
Kritik yang dilontarkaan oleh surat tersebut hanyalah contoh dari sekian banyak kritik terhadap penghormatan patung didalam gereja Katolik atau ditempat - tempat lain. Ada patung Yesus, patung malaikat, patung Maria, patung santo santa. Apakah semuanya ini penyembahan berhala ? BUKAN! Orang Katolik tidak pernah menganggap patung itu sendiri sebagai dewa yang disembah. Penghormatan kepada patung hanya ungkapan rasa hormat kita pada pribadi yang mau digambarkan oleh patung itu. Berikut ini kami mencoba menjawab dua pertanyaan : (a) mengapa Gereja Katolik menggunakan patung? (b) tidakkah hal itu bertentangan dengan Kel 20 : 4-5 dan Ul 4 : 15? 

a. Mengapa Gereja Katolik mengijinkan penggunaan patung?
Manusia itu mahluk yang membutuhkan lambang atau simbol. Untuk menjelaskan hal ini, baiklah kita ambil beberapa contoh. Contoh dari dunia profan adalah bendera. Bendera adalah lambang dari suatu bangsa. Bendera itu bukanlah bangsa itu sendiri. Ini jelas sekali. Semua orang tahu akan hal ini. Namun orang harus menghormati bendera itu dengan tunduk didepannya, dengan mengacungkan tanda hormat kepadanya, dan sebagainya. Orang yang berani menurunkan Sang Saka Merah - Putih, lalu menginjak- injaknya ketanah, misalnya, pasti akan dihukum sebab itu sama saja menghina bangsa Indonesia. Ketika tahun lalu, 1989, presiden AS, George Bush, mengumumkan bahwa bendera AS bukanlah sesuatu yang sakral, artinya boleh diperlakukan semaunya, banyak orang protes dan sakit hati. Perasaan patriotisme mereka merasa dilukai.
Contoh lain yang lebih dekat dengan masalah kita adalah pemakaian foto-foto. Mengapa orang memasang foto orang yang dicintainya, lebih-lebih kalau orang itu berada jauh darinya ? Banyak orang menyimpan foto putra / putrinya yang berada jauh dari rumah. Banyak juga orang menyimpan foto kekasihnya: di dompet, di dinding kamarnya, dimana saja kalau mungkin. Orang memperlakukan foto itu dengan baik tidak ada orang sehat yang mau menginjak-injak foto orang- tuanya atau kekasihnya. Sebaliknya tidak jarang orang menciumi foto itu. Semua orang tahu bahwa bukan orang yang dikasihinya. Itu cuma gambarannya, dan fungsinya hanya untuk mempermudah ingatan pada orang yang dikasihinya itu. Sebenarnya kalau memakai akal budi saja dia bisa mengatakan: " Ah, apa gunanya foto itu ! itu kan bukan orangnya sendiri." Tetapi manusia tidak hanya akal budi, melainkan juga perasaan dan hati yang menpunyai kebutuhan lain. Hati mempunyai hukumnya sendiri yang berbeda dari hukum akal budi. Mereka menaruh beberapa ayat suci yang diambil dari Taurat. Mereka meraba dan mengelus mezuzah itu pada waktu keluar-masuk rumah sebagai tanda penghormatan mereka pada Taurat.
Kebutuhan yang sama terdapat juga dalam hidup keagamaan orang Katolik. Mengapa? Sebab Tuhan Yesus, Maria dan lain-lain tidaklah kelihatan. Maka dari itu, banyak orang Katolik suka memasang gambar atau patung Yesus, Maria atau siapa pun juga, supaya mereka mudah ingat pada pribadi-pribadi yang digambarkan disana. Selain itu dengan memandang patung dan gambar tadi, orang dapat berdoa dengan lebih baik sebab orang dapat dengan lebih mudah mengarahkan budi dan hatinya kepada Yesus, artinya tidak mudah melamun. Dengan memakai akal-budi saja orang bisa berkata: " Itu tidak perlu, orang bisa langsung berdoa tanda semuanya itu." Benar, tetapi, sekali lagi, manusia itu tidak terdiri dari akal-budi saja, melainkan juga perasaan dan hati.
Pemasangan dan penghormatan patung bukanlah penyembahan berhala. Bisa saja patung-patung itu dibuang, dihancurkan seperti yang pernah dilakukan oleh beberapa imam di Negeri Belanda. Tanpa patung pun, kita tetap mempunyai Tuhan. Penyembahan berhala terjadi bila orang meng-Tuhan-kan patung itu sendiri, sehingga kehilangan patung itu berarti kehilangan Tuhan. Laban, mertua Yakub, misalnya, lari mengejar Yakub sebab dewa-dewanya yang berupa patung-patung kecil itu dicuri puterinya sendiri, Rakhel ( Kej 31: 30 dst ). Itu baru penyembahan berhala namanya!
Memang harus diakui bahwa kadang-kadang orang menghormati patung secara berlebih-lebihan. Orang suka mengelus patung, atau bahkan mencium. Bagi orang yang tidak memahaminya, itu memberi kesan penyembahan berhala. Lalu orang bisa berkata: "kalau penghormatan patung itu bisa membuat orang cenderung kepada penyembahan berhala, dan memberi kesan penyembahan berhala kepada orang luar, mengapa masih dipertahankan?" Jawabannya: penyelewengan-penyelewengan memang selalu bisa terjadi. Akan tetapi hal itu tidak perlu menjadi alasan untuk menghapuskan sesuatu, apabila hal itu sendiri mempunyai arti yang cukup besar bagi banyak orang. Orang toh tidak akan berkata: " Janganlah menikah, sebab cukup banyak orang yang bercerai sesudah menikah" atau: "Jangan naik mobil, karena sering terjadi kecelakaan."
b. Bertentangan dengan Kel 20: 4 atau Ul 4:15?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut kami akan memgemukakan pendapat seorang rabbi Yahudi, W. Gunter Plaut, yang menerbitkan kitab Taurat berikut komentar-komentar singkatnya.
  1. Jadi, suatu pendapat yang sama sekali tidak dilatar belakangi oleh kebutuhan untuk membela suatu praktek dalam agamanya sendiri, sebab agama Yahudi tidak mengenal pemakaian patung. Pendapat rabbi tersebut tentunya mencerminkan pendapat dari banyak rabbi lain yang berkerja sama dengannya dalam penyusunan komentar itu. W. Gunter Plaut berpendapat bahwa menurut Kel 20:4-5 Allah melarang pembuatan patung yang menyerupai apa pun dengan tujuan untuk menyembahnya. Jadi larangan membuat patung (ayat 4) harus dibaca dalam kesatuan dengan larangan untuk menyembahnya (ayat 5); kedua ayat ini merupakan satu kesatuan. Menurut dia, sebenanya membuat patung sekedar sebagai karya seni tidaklah dilarang. Seandainya tidak berarti demikian, apa gunanya ada keterangan tambahan pada ayat 5 yang menerangkan larangan itu lebih lanjut: "Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya?" Jika yang dilarang adalah pembuatan segala jenis patung belaka, bukankah ayat 5 tidak ada artinya dan berlebih-lebihan belaka, sebab bukankah dengan ditaatinya ayat 4 maka tidak akan ada patung untuk disembah? Sehubungan dengan Ul 4:15, keterangan yang diberikan Plaut persis sama.
  2. Latar belakang larangan itu adalah kebiasaan bangsa-bangsa kafir yang membuat patung-patung menjadi dewa-dewi mereka. Dan hanya dalam konteks itulah larangan membuat patung harus diartikan.
Menurut hemat kami, pendapat Plaut memang tepat. Seandainya segala bentuk seni atau patung tuangan dilarang, mengapa dalam Kel 20:18-20 Tuhan sendiri memperintahkan pembuatan dua kerub dari emas untuk ditempatkan diatas penutup tabut perjanjian? Kerub adalah makluk surgawi yang menyerupai manusia bersayap dan yang berwajah binatang. Atau, mengapa dalam bait suci yang kelak dibangun oleh Salomon , yang ditaruh juga sepasang kerub dari kayu minyak yang dilapisi emas, yang "sama potongan badannya" dan yang "mengembangkan sayapnya, sehingga kerub yang satu menyentuh dinding dengan sayapnya dan kerub yang kedua menyentuh dinding yang lain" (1 Raj 6:23-28)? Mengapa pula ada ular tembaga yang dipasang didalam bait Allah sampai patung ular itu dihancurkan oleh raja Hizkia (2 Raj 18:4) ratusan tahun kemudian?
Kalau kita berpegangan pada Ul 4:15, jelas bahwa yang dilarang hanyalah pembuatan patung Yahweh, Tuhan Allah Israel, dengan maksud untuk disembah. Kalau begitu, bukankah Gereja Katolik tidak bertentangan dengan Ul 4:15, sebab Gereja Katolik memang tidak membuat patung Yahweh (=Allah Bapa) yang tidak kelihatan itu? (Sejauh pengetahuan kami tidak ada patung Allah Bapa dalam Gereja Katolik). Yang dibuat hanyalah patung Yesus. Dia memang Allah, tetapi sejauh Dia pernah menjelmah menjadi manusia, DIA BISA KITA GAMBARKAN SEBAGAI MANUSIA, TETAPI BUKAN UNTUK DI SEMBAH. Begitu juga dengan patung Maria dan patung para kudus.
Bagaimana rupa Yesus yang sebenarnya?
Bagaimana sebenarnya rupa Yesus, Maria dan sebagainya? Kan dulu tidak ada foto? Jawaban kita: tidak seorang pun mengetahui bagaimana persisnya wajah tokoh-tokoh kudus itu. Tetapi perlu diingat bahwa patung itu berfungsi sebagai alat pengingat saja, maka sama sekali bukan maksud patung untuk menggambarkan wajah Yesus yang asli, atau wajah Maria yang asli dan sebagainya. Cukup kalau kita ingat bahwa Yesus pernah menjelma menjadi manusia, maka Dia mempunyai wajah manusia. Orang Italia mau menggambarkan Yesus seperti mereka, orang Afrika menggambarkan wajah-Nya seperti orang Afrika. Terserah, semuanya cuma alat penolong.
Kritik-kritik yang tidak "fair"
Di Indonesia pun telah banyak beredar buku dan artikel yang berisi kritik-kritik maupun tuduhan-tuduhan terhadap Gereja Katolik. Berikut ini kami kutipkan sebagian dari kritik-kritik semacam itu dari suatu sekte tertentu yang kami baca dari lembaran-lembaran yang berasal dari kota Surabaya:
PERBANDINGAN AGAMA KRISTEN- KATOLIK
PATUNG-PATUNG
1) SEJARAH SINGKAT:
- Pada abad ke 4 banyak orang kafir masuk ke gereja karena Constantine menjadikan kristen
sebagai agama seluruh kekaisaran Romawi.
- Pada awal abad ke 7' Paus' Gregory the Great (590-604) secara resmi menyetujui penggunaan patung-patung dalam gereja tetapi tidak untuk disembah.
- Pada abad ke 8 doa mulai ditujukan kepada patung-patung.
- Pada tahun 725/726 Kaisar Leo 111menentang penggunaan patung-patung. Terjadi perdebatan soal patung sampai tahun 787 dimana Council of Nicea memutuskan bahwa penyembahan / pemujaan patung-patung dan gambar-gambar diijinkan.
II) TEORI DAN PRAKTEK PENGGUNAAN PATUNG:

  1. Teori: bukan patung yang disembah tetapi orang/ roh yang diwakili oleh patung itu.
  2. Praktek: Banyak orang tidak mengerti perbedaan antara patung dan orang/roh yang diwakili oleh patung.
    Misalnya: orang yang tidak berpendidikan, anak-anak kecil. Sehingga mereka betul-betul menyembah patung-patung itu.
    Patung-patung itu ditempatkan digereja, rumah sakit, rumah, sekolahan, mobil, dsb.
    Patung-patung itu disembah, dicium, diberi menyan, didoai, dibawa dalam arak-arakan.
III) SANGGAHAN:
  1. Kel 20:4-5; Im 26:1; I Yoh 5:21; II Kor 6:16
  2. Orang-orang Katolik menghapuskan hukum ke II dari 10 hukum Tuhan Versi mereka. Kalau mereka betul-betul merasa bahwa penggunaan patung itu bukan penyembahan berhala, mengapa mereka menghapuskan hukum ke II itu?
  3. Sekalipun secara teoritis orang-orang Katolik menyembah orang/roh yang diwakili oleh patung; ini tetap salah karena:
    1. Kita hanya boleh menyembah Allah (Mat 4:10). Malaikat dan rasul-rasul menolak penyembahan (Wahyu 22:8-9; Kis 14:10-18). Memang doktrin Katolik membedakan 3 macam penyembahan:
      • LATRIA - penyembahan kepada Allah
      • DULIA - penyembahan kepada orang-orang suci, malaikat.
      • HYPERDULIA - penyembahan kepada Maria.
      Tetapi dalam kenyataannya jarang orang Katolik yang mengerti hal ini dan apa yang mereka lakukan terhadap Allah, Maria, orang-orang suci dan malaikat persis sama sehingga tidak ada alasan untuk membedakan penyembahan menjadi 3 macam seperti itu.
    2. Penyembahan kepada Allah atau patung tetap dilarang oleh kitab suci. Contoh:
      • Kel 20:4-5 (hukum II). Hukun I (Kel 20:3) menekankan object penyembahan haruslah Allah, sedangkan hukum ke II menekankan caranya harus benar (tidak boleh melalui patung).
      • Kel 32
      • I Raj 12:28-33; I Raj 14:9: Hosea 8:5-6
  4. Patung kerub (Kel 25:10-21) dan ular tembaga (Bil 21:4-9) tidak diberikan untuk disembah! Memang akhirnya patung ular tembaga disembah sehingga akhirnya dihancurkan oleh raja Hizkia (II Raj18:4).
Bagaimana tanggapan kita ?

  • Kritik-kritik diatas tidaklah jujur sebab sudah mengadili penghormatan patung itu sebagai penyembahan berhala dan selalu menggunakan istilah "penyembahan" patung di mana-mana sebagai ganti istilah yang netral "penghormatan." Dengan memakai istilah "penyembahan" orang tentu langsung akan berkata: "Jelas itu keliru dan bertentaangan dengan Alkitab." Padahal Gereja Katolik tidak bermaksud untuk menyembah patung. Bahkan Gereja Katolik tidak menyembah Maria, malaikat dan para kudus yang digambarkan dalam patung, seperti disebutkan pada kritik di atas bagian IV no 3, melainkan hanya menghormaati mereka. Yang disembah hanyalah Pribadi-pribadi Illahi. Kemudian, dikatakan dalam kritik diatas (pada bagian I) bahwa Konsili Nicea "memutuskan bahwa penyembahan/pemujaan patung-patung dan gambar-gambar dijinkan." Jelas pernyataan itu salah, sebab konsili itu tidak mengijinkan pemujaan patung tetapi penghormatan; konsili itu sendiri menekankaan bahwa penyembahan (LATRIA) hanya ditujukan langsung untuk pribadi Allah; orang hanya memberikan penghormatan kepada pribadi yang digambarkan oleh patung itu. Jadi, SEMUA ISTILAH "PENYEMBAHAN/PEMUJAAN" DALAM KRITIK DI ATAS HARUS DIGANTI DENGAN ISTILAH "PENGHORMATAN," kecuali bila konteksnya adalah Tritunggal sendiri. Dengan kata lain, janganlah mengacaukan istilah LATRIA (yang hanya dapat ditujukan langsung kepada pribadi Allah) dengan DULIA yang adalah penghormatan dan hormat-bakti kepada pribadi bukan Allah. Dalam kritik diatas apa yang bagi orang Katolik dihayati sebagai DULIA diterjemaahkan begitu saja dengan istilah "PENYEMBAHAN" yang langsung berkonotasi LATRIA. Seandainya orang Katolik menyembah patung, hal ini memang bertentangan dengan Alkitab. Tetapi masalahnya: benarkah orang Katolik bermaksud untuk menyembah patung itu? Maka dari itu ayat-ayat Alkitab yang dikutib untuk melawan praktek Katolik TIDAK BERLAKU, sebab yang ditentang oleh ayat-ayat itu adalah pemujaan berhala. Bandingkan juga keterangan diatas tentang arti Kel 20:4-5 dan Ul 4:15. Kritik semacam itu tidak jujur dan bisa dibandingkan dengan contoh berikut ini: Andaikan ada seorang Yahudi yang menentang agama Kristen karena ajaran Allah Tritunggal Mahakudus-nya dia dianggap bertentangan dengan ke-Esa-an Allah Israel. Nah, jujurkah dia andaikan dia selalu mengadakan bahwa orang-orang Kristen menyembah TIGA ALLAH (Bapa, Putera dan Roh Kudus ) sebagai ganti istilah TRITUNGGAL / TRINITAS atau sebagai ganti istilah SATU ALLAH TIGA PRIBADI / OKNUM (Bapa, Putera dan Roh Kudus) yang kita punyai ? Jadi apa yang dihayati sebagai SATU ALLAH TIGA PRIBADI / OKNUM oleh orang Kristen jangan diganti begitu saja dengan TIGA ALLAH.


  • Pada bagian I (sejarah singkat) langsung dikatakan bahwa pada abad ke 4 banyak orang kafir banyak masuk gereja. Hal ini dimasukkan sebagai awal sejarah patung. Dengan demikian secara tidak menyolok dan secara tidak menyesatkan orang sudah diberi kesan bahwa menggunaan gambar dalam gereja sudah mulai sebelum kaisar Konstantin bertobat menjadi Katolik. Beberapa tulisan Kristen kuno (dari pertengahan abad 2 dan ke 4 ) telah menunjukkan bahwa penggunaan dan penghormatan kepada gambar-gambar Yesus dan para rasul sudah dikenal oleh umat Kristen yang masih termasuk generasi para rasul. Selain itu, seperti yang akan kita lihat nanti, banyak hal dalam Alkitab sendiri berasal dari kebudayaan kafir. Juga, selain orang-orang Kristen-Yahudi sendiri, bukankah semua orang Kristen adalah orang kafir yang bertobat? Jadi bukan hanya sejak kaisar Konstantin saja banyak orang kafir masuk ke gereja. Itu terjadi sepanjang masa! Mungkin orang-orang yang melontarkan kritik terhadap Gereja Katolik itu mengenal juga pemakaian gambar-gambar Yesus dan tentunya penghormatannya. APAKAH BEDANYA GAMBAR YESUS DENGAN PATUNG? Apakah gambar Yesus boleh dipakai dan diijinkan oleh Alkitab, sedang patung Yesus tidak boleh hanya karena gambar itu mempunyai dua dimensi saja (jadi tipis dan rata), sedang patung mempunyai tiga dimensi? Allah membedakan hal itu?


  • Dikatakaan bahwa banyak orang yang tidak berpendidikan dan anak kecil tidak mengerti perbedaan antara patung dan orang / roh yang diwakili oleh patung itu. Jadi bisa terjadi kesalah-pahaman: mereka sungguh-sungguh menyembah berhala. Oleh karena itu patung tidak boleh dipertahankan. Akan tetapi, secara analogis, keberatan yang sama bisa kita terapkan pada hal lain. Misalnya, pada misteri Tritunggal. Tentu banyak orang yang tidak berpendidikan dan anak kecil tidak mampu melihat perbedaan antara paham Satu Allah tiga Pribad i/ Oknum dan paham tiga Allah. Jadi mereka sungguh-sungguh menyembah tiga Allah: Bapa, Putera dan Roh Kudus. Kalau begitu haruskah Iman kepada Tritunggal dihapus? Orang bisa langsung bisa menjawab: "Tidak, tetapi kita harus memberi mereka pengertian yang benar!" Nah, hal yang sama berlaku juga untuk penggunaan patung. Gereja Katolik menerangkan hal itu kepada semua orang.

  • Dikatakan pada bagian sanggahan no.2 bahwa Gereja Katolik mempunyai versi 10 perintah Allah yang menghapuskan hukum ke 2 (tentang larangan membuat patung berhala).

  • Jawaban kita: Sejak abad ke 3 sudah dikenal beberapa sistem pembagian ke-10 firman Allah (yang sebenarnya terdiri lebih dari 10 firman).
    Kel 20:2-5 misalnya terdiri dari beberapa perintah ini:
    1. " Akulah Tuhan Allahmu … (ayat 2);
    2. " Jangan ada padamu Allah lain dihadapan-Ku … (ayat 3);
    3. " Jangan membuat bagimu patung … Jangan sujud menyembahnya (ayat 4-5)"
    Orang Yahudi, misalnya, menganggap firman (a) sebagai perintah pertama, sedangkan firman (b) dan (c) sebagai perintah ke dua. Sedangkan sistem pembagian yang diikuti gereja Katolik menyatukan ke tiga firman pertama tadi menjadi satu, yakni menjadi firman pertama. Lalu untuk mempermudah penghapalan ke 10 perintah Allah itu, ke-17 ayat yang panjang dari ke-10 Perintah Allah itu dirumuskan secara ringkas. Alhasil, perintah pertama berbunyi: " Akulah Tuhan Allahmu. Jangan memuja berhala; berbaktilah kepada-Ku saja dan cintailah Aku melebihi segala sesuatu." Jadi, apa yang dimaksud sebagai perintah ke 2 dalam kritik diatas (entah sistem mana yang dia ikuti) sama sekali tidak dihapus oleh Gereja Katolik, melainkan tercantim dalam perintah "Jangan memuja berhala." Disini diandaikan orang sudah mengerti bahwa larangan menyembah patung berhala itu bisa dimasukkan dalam pengertian "Jangan memuja berhala!" Usaha meringkas ke-10 firman yang panjang itu berlaku untuk perintah-perintah lain, bukan hanya untuk soal membuat patung.

  • Dikatakan pada bagian IV no.4 bahwa patung kerub (Kel 25:10-21) dan ular tembaga (Bil 21:4- 9) tidak diberikann untuk disembah. Begitu juga jawaban Katolik: patung bukan untuk disembah.

  • 0 komentar:

    Posting Komentar